Posted by Kang Yuwon on Sunday, July 31, 2016 in Syiar
TIGA PERKARA YANG DIRIDHAI ALLAH
إنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
قال
الله تعلى:
يَا
أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ
الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا
بَعْدُ؛ اِتَّقِ
اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ
النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
Jamaah Sidang Jumat rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan sebenar-benar takwa dan marilah kita menjadi hamba-hamba- Allah yang saling menghargai persaudaraan. Yaitu bersaudara karena iman yang diwujudkan dengan saling mencintai, kasih sayang, dan tolong-menolong dalam kebenaran serta saling menasihati dan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan sebenar-benar takwa dan marilah kita menjadi hamba-hamba- Allah yang saling menghargai persaudaraan. Yaitu bersaudara karena iman yang diwujudkan dengan saling mencintai, kasih sayang, dan tolong-menolong dalam kebenaran serta saling menasihati dan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.
Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Al-Imam Ahmad dan al-Imam Muslim rahimahumallah meriwayatkan dengan lafadz yang semakna dari jalan sahabat Abu Hurairah Ra. dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,
Al-Imam Ahmad dan al-Imam Muslim rahimahumallah meriwayatkan dengan lafadz yang semakna dari jalan sahabat Abu Hurairah Ra. dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,
إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا
وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا، فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلاَّهُ اللهُ أَمْرَكُمْ؛ وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ
وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya
Allah Subhanahu wata’ala meridhai
untuk kalian tiga hal dan membenci dari kalian dari tiga hal: Allah Subhanahu
wata’ala meridhai kalian agar
beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun; berpegang kuat
dengan agama Allah Subhanahu
wata’alasemuanya (bersatu) dan tidak berceraiberai; serta agar menasihati
orang yang Allah telah jadikan sebagai penguasa bagi kalian. (Dan Allah)
membenci kalian dari mengatakan (setiap apa yang) dikatakan (kepada kalian),
banyak bertanya, dan membuang-buang (tabdzir) harta.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Jamaah rahimakumullah,
Pada hadits yang mulia tersebut, Nabi Muhammad memberitakan bahwa Allah Subhanahu wata’ala meridhai hambanya agar memiliki tiga sifat yang dengannya seseorang akan berbahagia di dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut adalah:
Pada hadits yang mulia tersebut, Nabi Muhammad memberitakan bahwa Allah Subhanahu wata’ala meridhai hambanya agar memiliki tiga sifat yang dengannya seseorang akan berbahagia di dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut adalah:
Yang pertama adalah hendaknya
kita memperbaiki akidah yaitu dengan memurnikan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu
wata’ala dan berlepas diri
dari berbagai jenis kesyirikan. Ini adalah perkara pertama yang harus
diperhatikan. Sebab, akidah merupakan pondasi yang dibangun di atasnya amalan
seseorang. Apabila baik akidahnya, akan bernilai sebagai ibadah dan akan
bermanfaat amal salehnya. Adapun jika rusak akidahnya, amalannya tidak
bermanfaat dan tidak bernilai di sisi Allah Subhanahu
wata’ala. Oleh karena itu, seluruh rasul diperintah untuk mengajak pada
perbaikan akidah sebelum hal yang lainnya. Setiap rasul mengatakan,
فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ
إِلَٰهٍ غَيْرُهُ
“Wahai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selain- Nya.” (al-A’raf: 59)
Perkara kedua yang Allah Subhanahu
wata’ala ridha terhadap
hamba-Nya adalah agar kaum muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan
perpecahan termasuk (ide nation state). Oleh karena itu, wajib bagi kita
untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan yang ditempuh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam dan para
sahabatnya. Kita diharamkan berpecah belah, baik dalam akidah maupun ibadah
serta dalam hal yang berkaitan dengan hukum-hukum syariah. Meskipun tidak
dimungkiri bahwa berbeda dan berselisih adalah sifat dan tabiat manusia, namun
hal tersebut tidak berarti diperbolehkan. Allah Subhanahu wata’ala telah memberikan jalan keluar ketika
terjadi perselisihan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
فَإِن
تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ
ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Kemudian jika
kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(al- Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih
baik akibatnya.” (an-Nisa: 59)
Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah, ibadah dan hukum syariat yang menyalahi kitabullah dan Hadis Sahih. Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan hukum halal dan ini haram dari akalnya sendiri tanpa berdasarkan dalil syara’ dan bimbingan mujtahid.
Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah, ibadah dan hukum syariat yang menyalahi kitabullah dan Hadis Sahih. Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan hukum halal dan ini haram dari akalnya sendiri tanpa berdasarkan dalil syara’ dan bimbingan mujtahid.
Jama’ah
rahimakumullah,
Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kita dilarang untuk mengikuti jalan mereka sebagaimana tersebut dalam firman Allah Subhanahu wata’ala,
Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kita dilarang untuk mengikuti jalan mereka sebagaimana tersebut dalam firman Allah Subhanahu wata’ala,
Di
dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ
تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang
bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada
mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali-Imran:
105)
Dari ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan (mengkotak-kotak tubuh kaum muslimin) bukanlah rahmat. Justru perpecahan adalah azab dan akan membuat kaum muslimin saling bermusuhan. Perpecahan akan mencegah kaum muslimin untuk saling menolong dalam kebaikan.
Oleh karena itu, yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin agar menjadi umat yang satu, yaitu dengan kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah serta mengikuti jalan Rasulullah alaihi shalatuwasalam, baik dalam akidah, ibadah, muamalah, Siyasah maupun perselisihan yang terjadi di antara kaum muslimin.
Dan perlu diingat, agama Islam adalah agama yang menjaga persatuan dan kebersamaan dalam banyak permasalahan, seperti dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam menjalankan ibadah shalat, haji, berhari raya, dan yang semisalnya.
Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang berpecah-belah dalam kelompok kelompok kesukuan, kekeluargaan (kabilah) tertentu yang masing-masing bangga dengan kelompoknya serta fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat halal atau haram.
Dari ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan (mengkotak-kotak tubuh kaum muslimin) bukanlah rahmat. Justru perpecahan adalah azab dan akan membuat kaum muslimin saling bermusuhan. Perpecahan akan mencegah kaum muslimin untuk saling menolong dalam kebaikan.
Oleh karena itu, yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin agar menjadi umat yang satu, yaitu dengan kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah serta mengikuti jalan Rasulullah alaihi shalatuwasalam, baik dalam akidah, ibadah, muamalah, Siyasah maupun perselisihan yang terjadi di antara kaum muslimin.
Dan perlu diingat, agama Islam adalah agama yang menjaga persatuan dan kebersamaan dalam banyak permasalahan, seperti dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam menjalankan ibadah shalat, haji, berhari raya, dan yang semisalnya.
Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang berpecah-belah dalam kelompok kelompok kesukuan, kekeluargaan (kabilah) tertentu yang masing-masing bangga dengan kelompoknya serta fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat halal atau haram.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Perkara ketiga yang Allah Subhanahu wata’ala ridha untuk kita menjalankannya adalah
memberikan nasihat (kritik membangun) terhadap penguasa dengan mentaatinya,
mendoakan kebaikan untuknya ataupun membantunya dalam perbaikan dan kebaikan
masyarakatnya. Penguasa yang dimaksud adalah penguasa muslim yang sah yang memimpin
sesuai dengan hukum allah dan memiliki wilayah serta kekuatan. Allah Subhanahu
wata’ala ridha kepada kaum
muslimin untuk menaati pemerintah dalam perkara yang ma’ruf serta untuk tidak
melanggar aturan yang telah ditetapkannya selama tidak bertentangan dengan
syariat Allah Subhanahu
wata’ala.
Begitu pula orang-orang yang mengemban amanah atau tugas dari penguasa, seperti para pegawai pemerintahan atau yang semisalnya, wajib bagi mereka untuk menjalankan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh baginya untuk memanfaatkan tugas yang diembannya sebagai kesempatan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau orang-orang dekatnya sehingga berlaku tidak adil dan merugikan masyarakat secara umum.
Begitu pula orang-orang yang mengemban amanah atau tugas dari penguasa, seperti para pegawai pemerintahan atau yang semisalnya, wajib bagi mereka untuk menjalankan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh baginya untuk memanfaatkan tugas yang diembannya sebagai kesempatan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau orang-orang dekatnya sehingga berlaku tidak adil dan merugikan masyarakat secara umum.
Hadirin rahimakumullah,
Seorang pemimpin muslim bagi suatu masyarakat adalah karunia Allah Subhanahu wata’ala yang sangat besar. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi apabila suatu negara tidak ada pemimpinnya. Tentu kekacauan, rasa tidak aman, dan ketakutan akan menyelimuti negeri tersebut. Namun, tentu saja seorang pemimpin tidak akan menjadi sebab kebaikan ketika masyarakat tidak mau menaatinya dan menghormatinya. Maka dari itu, sungguh hal ini merupakan prinsip-prinsip yang sangat penting untuk dipahami dan diamalkan.
Seorang pemimpin muslim bagi suatu masyarakat adalah karunia Allah Subhanahu wata’ala yang sangat besar. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi apabila suatu negara tidak ada pemimpinnya. Tentu kekacauan, rasa tidak aman, dan ketakutan akan menyelimuti negeri tersebut. Namun, tentu saja seorang pemimpin tidak akan menjadi sebab kebaikan ketika masyarakat tidak mau menaatinya dan menghormatinya. Maka dari itu, sungguh hal ini merupakan prinsip-prinsip yang sangat penting untuk dipahami dan diamalkan.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَسْتَغْفِرُوهُ إِنّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرحيم
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ
عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ
إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
جَمَاعَةَ
الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن
يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ
يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah
Demikianlah penjelasan
hadits yang mulia diatas. Menunjukkan kita akan datangnya kebaikan yang besar
jika kaum muslimin mengamalkannya dalam kehidupannya. dan senantiasi terikat
dengan atura-aturan-Nya dalam semua aspek kehidupan ini, sehingga kita menjadi
hamba-hambaNya yang mendapatkan keridhaanNya.
Marilah kita memohon
kepada Allah ta’ala semoga diberikan kekuatan dan kemudahan dalam menggapai
Keridhaan-nya di bulan Ramadhan yang penuh akan ampunan.
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ
تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ
رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.
اَللَّهُمَّ
إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.
أَللّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْاسلامية عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ
وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ
الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا
“Ya>
Allah, jadikanlah pertemuan kami ini, pertemuan yang dirahmati, dan jadikan
perpisahan kami setelah ini, perpisahan yang dilindungi dari dosa, dan
janganlah Engkau jadikan kami, atau dari kami, atau orang yang bersama kami,
kesengsaraan dan kemiskinan. Ya> Allah, berilah petunjuk kepada kami, dan berilah
petunjuk hamba-hambaMu dengan perantara kami, dan jadikanlah kami menjadi sebab
bagi orang-orang yang mendapatkan petunjukMu
“Ya> Allah, tunjukkanlah kepada kami,
yang benar itu benar, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya, dan
tunjukkanlah kepada kami, yang bathil itu bathil, dan berilah kami kekuatan
untuk menjauhinya”
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ
اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَن الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
# Disampaikan Oleh . Ustad Nasrul
Hakim,. Lc,. M.Hum
Pada Khutbah Jum'at, di Masjid Darul Hijrah STIKES SURYAGLOBAL Yogyakarta